11 August 2010

Top American Rabbis Rally Behind the 'Ground Zero Mosque'

Berita lengkapnya disini

Muhammad AS Hikam

Seandainya kelompok Islam radikal di negeri ini membaca artikel Joshua Stanton ini
dengan baik dan kepala dingin, mungkin akan bisa memperoleh gambaran
tentang sebuah sisi lain dalam kehidupan ummat beragama di Amerika
Serikat. Stanton, seorang aktivis Yahudi dari New York, bersama sama
dengan beberapa tokoh Yahudi ter...kemuka


(Michael Lerner dari Majalah Tikkun; Eric Yoffie, President dari Union
for Reform Judaism; David Ellenson, President dari Hebrew Union
College; David Saperstein, Director dari the Religious Action Center;
Ellen Lippman, Ketua Rabbis for Human Rights-North America; Irwin Kula,
President of CLAL; Arthur Waskow, Director of the Shalom Center; Nancy
Fuchs-Kreimer, Direktur the Department for Multifaith Studies at the
Reconstructionist Rabbinical College; Burton Visotzky, Professor di
Midrash and Interreligious Studies at the Jewish Theological Seminary;
and Leila Gal Berner, Pimpinan Organisasi Komunitas Kol Ami serta
pendiri the Center for Jewish Ethics) mendukung pembangunan Masjid di
Ground Zero, Manhattan New York City.Mengapa kelompok dan
tokoh-tokoh top Yahudi mendukung pembangunan Pusat islam dan Masjid
Jamik di bekas bangunan yang di bom oleh teroris Al Qaeda itu? Menurut
salah seorang dari tokoh itu, alasannya sederhana saja : "Kami, bangsa
Yahudi, adalah bangsa yang tahu persis bagaimana rasanya ditindas
karena perbedaan agama. karena itu kami tidak ingin mengulangi hal
tersebut kepada kaum Muslimin di Amerika." Sebuah ungkapan solidaritas yang sangat mendalam, ketika upaya kaum Muslimin di NewYork untuk membangun Masjid mendapat tentangan dari banyak pihak, khususnya
kelompok garis keras termasuk dari kalangan Kristen dan Yahudi juga.
Stanton, yang orang tua serta neneknya hidup di New York sebagai
imigran, paham betul ketika mereka masih berada di Jerman dan
dikejar-kejar oleh Nazi. Jutaan Yahudi mengalami Holocaust atau
malapetaka yang diciptakan oleh Hitler, hanya karena mereka berbeda ras
dan agama.

Sepertinya, kita hanya melihat sejarah hubungan antar
ummat beragama dari satu sisi saja, yaitu sisi gelapnya. Padahal,
acapkali terdapat contoh-contoh bagaimana komunitas beragama yang
berbeda-beda bisa bantu membantu: Kaum Muslimin membantu Yahudi, Kaum
Kristen membantu Muslim, Kaum Muslimin membantu Kristen, Kaum Kristen
membantu Yahudi dan seterusnya. Tetapi sejarah memang sering dipakai
untuk kepentingan sekelompok orang yang kemudian menggunakan politik
untuk melupakan capaian-capaian seperti itu. Yang digarisbawahi adalah
sikap saling membeci, saling menyerang, saling mengklaim kebenaran, dan
saling mengasikan keberadan satu sama lain. Ujung-ujungnya sebuah
potret buram dan mengerikan seolah-olah Tuhan menjadikan manusia dan
perbedaan agama mereka sebagai alat untuk saling menghancurkan.

Maka
penting bagi mereka yang merasa sebagai mayoritas untuk membayangkan
seandainya berada dalam posisi minoritas. Kita mesti solider terhadap
kelompok yang terjepit, terpinggirkan dan tertindas. Dengan cara
demikian, perjuangan untuk menciptakan keseimbangan dalam masyarakat
yang majemuk akan dapat terealisasi secara natural atau alami, bukan
rekayasa. Kekerasan, apakah yang muncul dari mayoritas maupun
minoritas, tidak mungkin dapat menyelesaikan masalah secara baik dan
adil. Kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan berikutnya yang
akhirnya menghancurkan diri dan saudara-saudara kita. Yajinlah bahwa
bukan itu tujuan Allah swt menciptakan manusia. Tujuannya adalah agar
kita saling bergaul, mengenal dan bekerjasama demi memakmurkan dunia.
Soal siapa yang terbaik, di mata Allah swt, akan diukur oleh ketakwaan
mereka kepadaNya. Manusia hanya berusaha, tidak berhak untuk menjadi
penentu apalagi memberi vonis salah dan benar.

Selamat Berpuasa di Bulan Suci Ramadhan !!

No comments: