Berita selengkapnya baca disini
Muhammad A S Hikam
Setelah mendapat dukungan penuh dari sebagian tokoh utama dalam
komunitas Yahudi, kini pembangunan Masjid di Ground Zero, Manhattan, New
York, mendapat dukungan politik yang sangat besar dari Presiden AS,
Barack Hussein Obama (BHO). Pembangunan Masjid ini, menurut BHO, adalah
bagian dari hak-hak dasar ummat beragama, khususnya Islam, "termasuk hak
untuk membangun tempat ibadah dan pusat kegiatan
masyarakat di Manhattan rendah, sesuai dengan peraturan dan hukum
setempat." Dukungan poltik ini tentu sudah dipikirkan oleh Presiden yang
pernah mengecap masa kecil di Jakarta itu. Dan ini juga bukan sebuah
sikap yang tanpa resiko.
Seperti kita ketahui, pembangunan Masjid di bekas Tower WTC yang
diluluh-lantakkan oleh para teroris Al Qaeda itu telah menciptakan pro
dan kontra yang cukup serius. Sebagian besar keluarga korban serangan
teror 11 September 2001 menolak rencana ini dengan alasan hanya akan
membuka luka lama. Beberapa tokoh populer Kota New York dan politisinya
(khususnya kalangan garis konservatif) juga menolak dan bahkan
menyerukan boikot. Organisasi Yahudi paling top di AS, B'nai B'rith atau
Liga Anti Penghujatan Terhadap Yahudi, paling akhir juga menyaraan
penolakannya terhadap gagasan ini.
Toh rencana jalan terus.Walikota New York, Michael R. Bloomberg (yang
juga keturuna Yahudi dan pemilik korporasi Group Bloomberg) sejak awal
menjadi salah satu pelopor utama rencana pembangunan itu. Para tokoh dan
ormas Yahudi AS juga banyak yang mendukung, termasuk Michael Lerner
yang memiliki Majalah Yahudi berpengaruh, Tikkun, dan beberapa tokoh
lain seperti pernah dimuat di posting akun ini. Sekarang Presiden Obama
sendiri yang mendukung pembangunan Masjid dan Pusat Kegiatan Islam serta
lintas-agama tsb. (lihat
http://www.nytimes.com/2010/08/14/us/politics/14obama.html?hp).
Obama dan Gedung Putih sudah tentu memiliki perhitungan politik sendiri
sehingga berani "melawan arus" itu. Apalagi kalau melihat posisi
politiknya yang cenderung melemah akhir-akhir ini gara-gara tekanan
kelompok konservatif baik dari Partai Republik maupun dari partai
sendiri, Partai Demokrat. Tokoh-tokoh Demokrat yang memiliki
latarbelakang Yahudi, tak sedikit yang menyuarakan penolakan terhadap
gagasan pembangunan Masjid, apalagi dari kaum Republik seperti mantan
Ketua DPR Newt Gingrich, Sarah Palin (calon Wapres partai Republik yang
gagal th 2008), dsb.
Bloomberg, dalam pidatonya mengataan bahwa "(t)his proposed mosque and
community center in Lower Manhattan is as
important a test of the separation of church and state as we may see in
our lifetime,..." (Masjid yang direncanakan pembangunannya di Lower
Manhattan ini sama pentingnya dengan tes terhadap prinsip pemisahan
antara gereja dan negara yang kita saksikan selama ini..). Presiden
obama mengatakan dalam pidatonya: "“Al Qaeda’s
cause is not Islam — it is a gross distortion of Islam,” .... “In fact,
Al Qaeda has killed more Muslims than people of
any other religion, and that list includes innocent Muslims who were
killed on 9/11.” (Upaya Al Qaeda bukanlah ajaran agama Islam, ia adalah
penyimpangan sangat besar terhadap ajaran Islam... Faktanya, justru Al
Qaeda lah yang telah membunuh lebih banyak ummat islam dibanding ummat
agama lain, termasuk ummat islam tak berdosa yang menjadi korban
serangan teror 11 September).
Kita sebagai umat pecinta damai tentu merasa ikut bertanggungjawab
secara moral untuk mendukung sebuah upaya yang ingin menjembatani
hubungan lintas-agama dan masyarakat di manapun, termasuk di AS. Kita
mestinya belajar dari mereka yang telah berusaha membantu ummat Islam di
negara yang mayoritas penduduknya bukan Muslim, BUKAN MALAH MENCURIGAI
DAN MENUDUH UPAYA ITU SEBAGAI KONSPIRASI MENGHANCURKAN ISLAM. Hanya
orang yang picik dan buta matahatinya saja yang masih menuduh perjuangan
ummat Islam di AS sebagi bagian dari konspirasi. Seharusnya ummat Islam
di indonesia juga tidak boleh sewenang-wenang menghalangi pembangna
rumah ibadah ummat lain tanpa sebab dan alasan yang masuk akal, hanya
karena fanatisime yang membeku dan menunjukkan kekerdilan diri.
No comments:
Post a Comment