15 August 2010

detikNews : Seribuan Umat Lintas-Agama Datangi Istana Siang Nanti

Berita lengkapnya disini

Muhammad A S Hikam

Sebuah ekspressi kepedulian terhadap kebebasan untuk menjalankan agama dan
kepercayaan yang semakin hari semakin terancam di negeri yang,
ironisnya, sedang menjadi contoh keberhasilan dalam reformasi dan
demokratisasi. Reformasi dan demokratisasi menjadi kehilangan maknanya
...apabila landasan yang paling asasi di atas mana
ia ditegakkan ternyata digerogoti dan dihancurkan. Bak sebuah bangunan
yang ingin ditegakkan tetapi tanpa sebuah fondasi yang kokoh, maka
bangunan itupun sia-sia. Apalagi kalau kita sadarai bahwa masyarakat
Indonesia adalah majemuk, sehingga memerlukan fondasi yang sangat kuat
untuk mengatasi terpaak badai dan guncangan gempa yang bisa datang dari
dalam dan dari luar.


Reformasi dan demokrasi di Indonesia bisa
benasib buruk seperti di Thailand, dengan sebab musabab dan implikasi
yang berbeda. Di negeri gajah putih itu, demokrasi dikurbankan di atas
altar pertarungan elite militer dan politisi, dengan Sang Raja hanya
menjadi penonton pasif walaupun konon ia sangat dihormati oleh rakyat
dan para politisi sipil dan militer. Rakyat di negeri jiran itu dengan
sangat piawai dibelah menjadi dua kelompok yang saling bertarung, satu
kuning satu merah, dan negara dibiarkan porak poranda demi kepuasan para
elite mereka.

Di Indonesia, reformasi dan demokrasi secara
sistematis ingin dihancurkan juga dari dalam melalui pertarungan para
elit dan rakyat dengan menggunakan sentimen agama, kepercayaan, dan
primordialisme. Tujuan akhirnya adalah menciptakan kondisi yang dapat
dipakai untuk alasan merebut kekuasaan kembali dan menegakkan sebuah
rezim repressif. Negara dan Pemerintah yang sudah legitimate akan
digembosi secara sistematis melalui gangguan keamanan dan ketertiban
publik. Dengan menggunakan momentum demokrasi yang memberikan keluasan
untuk berekspressi, maka kelompok-kelompok yang berpandangan sempit pun
menampilkan diri memaksakan kehendak atas nama keterbukaan. Kekerasan
atas nama agama pun menjadi alat paling ampuh untuk menciptakan
ketakutan dan ketidakpercayaan antar-anak bangsa. Negara dan pemerintah
diancam dan ditakut-takuti dengan pasal-pasal HAM dan rekayasa aksi
massa yang brutal atas nama membela agama dan Tuhan.

Sudah
waktunya publik dan seluruh bangsa ini menyadari bahwa itu semua adalah
skenario politik yang sangat pragmatis, tidak ada urusannya dengan agama
maupun Tuhan. Skenario itu dibuat agar bangsa ini selalu dalam kondisi
labil dan terancam pecah, sehingga ada kekuatan yang akan muncul sebagai
Sang penyelamat, Sang Ratu Adil di negeri ini. Kita sebagai bangsa yang
sudah berpengalaman, hendaknya jangan terkecoh. Kita mesti bersatu
menegakkan reformasi dan demokrasi yang telah diperjuangkan secara susah
payah oleh para pekerja demokrasi sepuluh taun lalu. Kita mesti mulai
tegas terhadap upaya-upa pemecahnelahan bangsa melalui agama dan
primordialisme serta kekerasan.

Kita dukung unjuk rasa para
pemuka lintas-agama yang ingin membangunkan Pemerintah dan Negara dari tidur
lelapnya agar peduli terhadap landasan yang sedang akan dirobohkan oleh
para pendukung kekuatan repressif yang ingin kembali ke panggung
kekuasaan negeri ini. Selamat berjuang!!

No comments: