by : Muhammad A S Hikam
Hari ini, 7/01/2010, Harian Rakyat Merdeka (edisi cetak) ada berita foto yang captionnya adalah rencana Ikatan Alumni PMII (IKA PMII) yang akan menulis surat kepada Presiden SBY mengenai usul agar GD dijadikan pahlawan nasional. Selain itu, diberitakan juga bhw IKA PMII akan mendirikan Universitas Abdurrahman Wahid, dengan tujuan agar "pemikiran Gus Dur berkembang untuk dunia pendidikan." Saya langsung tertarik dengan bagian yang terakhir berita itu (soal Universitas Gus Dur), bukan karena soal gelar pahlawan nasional tidak penting, tetapi karena alasan lain. Alasan itu adalah saya langsung teringat guyonan GD beberapa tahun lalu menyangkut soal universitas dan sekolah-sekolah yang dibuat oleh NU dan warganya.
Gus Dur adalah sosok yang sangat mencintai ilmu dan pendidikan, termasuk pesantren dan sekolah umum. Makanya beliau sangat memperhatikan mutu pendidkan di negeri ini, mulai dari tingkat ibtida'iyyah sampai perguruan tinggi, negeri maupun swasta. Termasuk sekolah-sekolah yang dibuat dan dikelola warga NU, baik dalam lingkungan Lembaga Pendidikan Ma'arif NU, atau di luarnya. GD sangat prihatin dengan kualitas umumnya sekolah-sekolah NU yang, menurut beliau, cenderung masih relatif rendah dan kalah dengan milik organisasi Islam lain, semacam Muhammadiyah atau Persis, dll. Saking gregetannya, GD punya istilah UTP alias Universitas Tombo Pengen (Universitas Obat Kepengin) terhadap kebanyakan perguruan tinggi milik NU yang dibuat di daerah-daerah, termasuk yang di Tebuireng Jombang tempat kelahirannya. Kritik GD memang membikin banyak tokoh NU merah telinga, tapi GD cuek saja. Bukan apa-apa, GD ingin agar NU benar-benar serius kalau mau terlibat dalam pencerdasan bangsa melalui pendidikan umum, termasuk universitas atau akdemi. Bagi GD, tak perlu banyak-banyak membuat PT, yang penting berkualitas. Memang GD juga tidak terlalu happy dengan trend sekolah-sekolah Islam yang mahal dan hanya bisa dijangkau kelas menengah dan atas. Bagi GD, sekolah dan pesantren yang digarap NU justru dapat memberikan kesempatan kepada kaum mustad'afin (melarat) agar tetap bisa mengecap ilmu. Tapi, ya itu tadi, GD toh tetap ingin kualitas sekolah dan universitas NU bisa meningkat mutunya dengan keseriusan manajemen dan keilmuan.
Maka GD pun suka membuat guyon soal nama-nama sekolah NU yang menggunakan nama para tokoh sentral jam'iyyah ini. Beliau merasa sayang kalau nama-nama besar yang dipasang ternyata tidak sesuai dengan mutu sekolah atau Universitasnya. Suatu saat, saya dan beberapa teman sedang ngobrol dengan GD di ponpes As-Shiddiqiyah milik KH. Nur Muhammad Iskandar di Kedoya, Jakarta Barat. Entah bagaimana soal sekolah-sekolah milik NU juga disinggung. Salah seorang tanya kepada GD:
"Gus, nanti nama panjenengan boleh enggak untuk nama sekolah atau universitas?"
" Ah, nama saya paling untuk TK saja.." Jawab GD sambil tertawa.
"Kenapa, Gus?" si orang ini tanya lagi.
"Tanya aja ke Pak Ghofar (Rahman) ini.. Dia kan Ketua PP Ma'arif NU." Kata Gus Dur, masih sambil senyam senyum. "Ayo, Pak Ghofar, kasih tahu dia..."
"Hehehe..." Kata Pak Ghofar sebelum melanjutkan. "Kata Gus Dur, kalau nama Universitas, itu sudah jadi milik mBah Hasyim, makanya ada UNHAS (Universitas Hasyim Asy'ari), seperti yang di Jombang itu. Kalau untuk SMA dan 'Aliyah sudah jadi milik Kyai Wahid Hasyim (makanya banyak SMA Wahid Hasyim). Kalau SMP dan Tsanawiyah pakai nama mBah Bisri atau mBah Wahab (misalnya sekolah Tsanawiyah Bisri Syansuri atau Mu'allimat Wahab Chasbullah). Kalau Pak Ud nanti wafat, nama KH Yusuf Hasyim (Paman GD) dipakai untuk SD. Nah, kan Gus Dur nanti hanya kebagian TK, TK Abdurrahman Wahid, hehehe...." (GD dan semua orang ketawa ngakak!)
GD lalu menyambung :"Kasihan nama-nama beliau yang begitu besar kita pasang tapi universitasnya ternyata cuma untuk tombo pengen saja, alias UTP. Mestinya kalau membawa nama besar, harus mutunya sama besarnya."
Bagi GD, tidak penting benar NU punya banyak sekolah atau Universitas, selama belum bisa menunjukkan kualitas. Itulah sebabnya salah satu cita-cita GD adalah membangun sebuah Universitas NU yang berkualitas Internasional di Jakarta. Ketika beliau menjadi Presiden, sudah direncanakan akan mewujudkan cita-cita tersebut dengan mengajak para pakar dan ilmuwan baik NU maupun non NU. Sayang sekali sampai sekarang belum terwujud. Barangkali, niat IKA PMII tadi memang terwujud seperti yang dicita-citakan GD. Jangan sampai Universitas Abdurrahman Wahid yang dibangun nanti nasibnya sama dengan puluhan UTP yang dikritik GD semasa masih sugeng.
No comments:
Post a Comment