14 March 2010

detikNews : Demo Pro Thaksin Berjalan Damai, Thaksin Beri Dukungan lewat Twitter


Hari pertama demonstrasi besar-besaran pendukung mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra di Bangkok berjalan lancar. Demonstrasi berlangsung damai di tengah kekhawatiran akan terjadinya kerusuhan.



Muhammad A S Hikam : 


Hari-hari ini, bangsa Thailand sedang menyaksikan "perang tanding" antara pendukung mantan PM Thaksin Sinawatra dengan pendukung penguasa yang ada di bawah PM Abhisit Vejajiva. Setelah pendukung pemerintah beberap bulan yang lalu (dengan simbol warna kuning) melakukan demonstrasi dan pengepungan kantor-kantor pemerintah serta tempat strategis seperti bandara, dsb, kini gantian pendukung Thansin yang berdemo. Dengan simbol warna merah, ratusan ribu pendukung mantan PM yang kini tinggal di Dubai itu menuntut Pemerintah Abhisit turun. Sebelumnya, Pemerintah telah menyita harta benda Thaksin yang berjumlah triliunan Baht karena pihak terakhir itu dinyatakan menjadi buron oleh pengadilan.

Tontonan apakah yang sedang berkembang di tanah Siam itu? Apakah kita sedang menyaksikan sebuah demokrasi yang bekerja dengan baik? Ataukah ini sekedar perkelahian antar kekuatan politik dengan kedok demokrasi? Apa yang akan dihasilkan oleh demo silih berganti terhadap negeri Gajah putih dan rakyatnya? dsb.. dsb. Yang penting untuk kita di indonesia, apakah yang dapat dipelajari oleh reformasi dan demokratisasi kita dari pengalaman Thailand ini?

Saya tidak terlalu yakin bahwa yang terjadi di negeri Raja Bhumipol Adulyadej saat ini adalah demokrasi. Saya lebih cenderung menyebutnya anarki yang masih terkendali. Anarki, karena Pemerintah dan masyarakat sipil tak mampu melakukan proses-proses rsolusi konflik antara Thaksin dan Abhisit dan para sekutunya. Bahkan Raja sendiri yang konon dianggap setengah Dewa dan paling dihormati di tanah Siam, ternyata tak lebih dari kakek pikun yang hanya bisa ikut apa kata para penasehatnya. Sayangnya para penasehat ini juga berkepentingan menghabisi Thaksin yang didukung sebagian besar rakyat di pedesaan. Sedangkan Thaksin sudah menjadi buron dan tidak mungkin memimpin gerakannya di tanah air. Ia adalah pemimpin massa dengan "remote control" a la Khomeini ketika masih dalam pengusiran Shah Reza Pahlevi. Beda besarnya, Imam Khomeini didukung oleh kharisma dan kepatuhan transendental Syi'isme, sementara Thaksin oleh uang yang seolah tanpa batas! Jika Khomeini betul-betul menghendaki Revolusi atas nama Islam, Thaksin hanya ingin kembali dan tinggal di rumah dengan tenang. Bahkan dia tak ingin kembali sebagai PM lagi kalau diizinkan pulang ke tanah airnya.

Jadi tidak ada sesuatu yang baik yang dapat kita tiru dari kekacauan politik di negeri jiran itu. Thailand yang sering menyombongkan diri sebagai negara
yang tak pernah terjajah, kini menyaksikan dirinya dalam kondisi yang lebih memalukan daripada terjajah. Sebab dalam kondisi terjajah, masih ada aksi-aksi kepahlawanan dari para pejuang yang menghasikan Pahlawan-pahlawan kebanggaan anak cucu dan generasi muda. Thailand tak punya kebanggaan macam itu, selain lembaga Kerajaan yang sudah uzur dan gemetar manakala ada masalah. Karena lembaga yang sakral itu ternyata tidak mampu menjadi lembaga netral. Justru ia juga sumber korupsi yang luar biasa dan dilakukan oleh keluarga Raja! Lebih parah lagi, kasus korupsi mereka tak mungkin bisa dibawa ke pengadilan! Kalau pun ada yang berani melontarkan kritik, seperti Ajarn Sulak Shivaraksa, maka ia akan beresiko terpidana "Leste Majeste" (menghina Raja) yang sanksinya hukuman mati. Sistem politik Thailand yang dibalut dengan Parlementarianisme itu, sejatinya tak bisa lepas dari cengkeraman Monarkhi dan militerisme, dua lembaga kekuasaan yang tak tergoyahkan selama ratusan tahun!

Saya hanya berharap, rakyat Thai akhirnya sadar, bahwa Monarkhi harus berakhir menjadi Respublika. Boleh saja Thailand menjadi calon naga ekonomi dll., tetapi pada akhirnya rakyat yang tak punya suara dan hak berpolitik bebas akan tetap resah. Kekayaan tak akan dapat mengekang kehendak merdeka rakyat yang sudah dipenuhi oleh berbagi macam ketertindasan. Semoga pertandingan demonstrasi pendukung Thaksin vs pendukung Abhisit ini adalah bagian dari proses panjang yang akan berujung pada lahirnya sebuah Republik di tanah Siam.






____________________

No comments: